Ada ketukan langkah kaki pada setiap
jejak kesunyian. Badai kesendirian ini belum tentu dapat aku taklukan sendiri.
Entah apakah kau mampu beriku penuntun jalan. Sedang saat ini tapak kakimu
tengah bertumpu pada sebuah batu besar, berupa masa lalu. Atau mungkin saat ini
kau sedang berjalan mencari sebuah sandaran lain. Aku tak paham apalah itu…
Entah kemana lagi kakimu akan melangkah
mencari pijakan hangat. Aku selalu kagum pada kegigihanmu menaklukan gunung
tinggi, hingga kau lupa kembali. Kau seperti jiwa-jiwa yang menari dari satu
ingatan ke ingatan lainnya. Entah kepuasaan macam apa yang hendak ditebar oleh
jiwa petualangmu, hingga kau menuhankan kebebasan.
Hidup ini bukan sekedar bicara ketinggian,
turunlah agar kau tengok masih ada hamparan dataran rendah yang menunggu untuk
dipijak. Aku menyadari disanalah kau akan mendapat ketenangan. Aku memang masih
saja terus berfikir sampai kapan kau akan mengerti, hidup ini hanya sekedar
singgah. Dan Tuhan Maha Baik menciptakan semesta untuk dinikmati.
Seandainya kau bisa ku tarik pulang, tak
akan rindu ini bertindak semena-mena.
Memang akan selalu ada gemercik kenangan
menghantui kemana pergi sang penyusun cerita. Betapapun berbisik kau akan tetap
disana, aku bisa apa? Menarikmu turun?
Biar sajalah seperti itu, walau
sebenarnya kau sangat sadar bahwa pandanganmu terlalu sinis, hanya untuk
sekedar menuju senja yang temaram.
~evi~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar