Pukul
14:14
“ sayang,
temui aku nanti malam di tempat biasa ya.. bantu aku untuk melunasi rindu ini”
Ada pesan singkat dari sang kapten
kesayangan kudapati siang ini. Seketika senyumku mengembang disambut degup
jantung kebahagiaan. Ah ! aku tidak salah lihat, kan? Pesan singkat ini darimu,
seseorang yang sudah lama tak ku jumpai keegoisannya…
Tak
pakai pikir panjang, langsung ku balas tanpa aling basa-basi ..
“jangan
datang hanya untuk melunasi rindu, aku disini menagih janjimu untuk bersedia
datang kerumah”
Dan Balasan pesanmu sepertinya kilat “ jangan buat aku tertekan,aku baru saja
mendarat dari ketinggian ribuan kaki di
atas permukaan air laut. Beruntung aku masih bisa mengirim pesan untukmu."
Aku baru saja berhasil membuatnya geram, sifat
jahilku agaknya memancing kekesalannya. Aku tahu kau baru saja tiba dalam
perjalanan panjangmu dan berusaha menemuiku untuk melepas rindu.
Puas rasanya menggoda laki-laki jantan
sepertimu. Aku memang menjengkelkan, namun aku sadar sifat inilah yang
membuatmu tergila-gila padaku. Gelak tawaku makin menjadi-jadi saat pesan
kembali kubalas “jadi pertemuan mana yang
akan kau mulai dahulu? Menemui orang tuaku atau melihat salah satu keajaiban
Tuhan,yaitu aku.. hehe”
Sepertinya Kau kembali meladeni gurauanku yang
konyol, dengan membalas “aku akan menemui salah satu dari 8 kejaiban
dunia yang salah satunya adalah makhluk langka sepertimu..aku tunggu kamu jam 7
malam di café tempat biasa kita bertemu, ku mohon jangan terlambat. Tertanda
diktator rindu.”
Meledek sudah menjadi kebiasaanku sejak
mengenalnya, dan pesan kembali ku balas “jadi
sekarang keajaiban dunia sudah ada 8 ya? Jangan mentang-mentang sudah
berkeliling dunia kau berani membuat khayalan baru”
“ simpan
saja leluconmu itu, bila bertemu nanti siap-siaplah untuk menanggung
resikonya.” Dia mulai mengancam.
----------
Percakapan pesan singkat berhenti sampai situ.
Siang ini tak dapat aku gambarkan melalui kata, tak sanggup membayangkannya
yang hampir setengah windu tak kujumpai. Aku ingin malam nanti malaikat
mendukung pertemuanku.
Malam
nampaknya siap menyambut kapten yang berhari-hari tak menginjakkan kakinya ke
tanah. Seperti biasa aku menghias diri untuk menemuinya, aku tak mau ada kata
celaan seperti yang sudah-sudah karna celana jeans robek yang biasa ku kenakan,
khusus malam ini aku memakai rok panjang agar terlihat anggun.
Tepat
pukul 7 malam aku sudah bertengger di kursi sebuah café dengan suasana yang
diliputi kecemasan. Latar café taman yang dihiasi lampu dan alunan lagu yang
dibawakan oleh pengisi acara menemani durasi tungguku. Tak seperti biasanya,
aku seperti merasakan kencan pertama. Tak kuhiraukan lagi orang-orang
sekeliling, aku sibuk memeriksa pesan masuk darimu.
Udara
semakin dingin, sesekali aku menahan rok yang tersingkap dibawa terbang oleh
angin. Sial! aku salah menggunakan kostum, bisa-bisa sakit kalau anginnya
seganas ini.
Sudah
lebih enam puluh menit aku dibiarkan menunggu ditengah keramaian penghuni kafe.
Batang hidungmu yang besar belum tampak juga. Kemana gerangan manusia tampan
penggendara pesawat itu singgah, adakah dia salah mendarat?
Ditengah
penantianku, akhirnya ada pesan masuk yang berbunyi “sayangku yang cantik penghuni bumi, maaf kaptenmu ini agaknya akan
telat datang. Aku akan datang jam 8 karna masih ada kepentingan yang tak dapat
ditinggalkan”
Aku
menaikkan bibir atasku hingga menyentuh hidung sambil mengernyitkan dahi. Sudah
kuduga, pantas saja aku menunggu selama ini namun tak tampak juga badanmu yang
gagah. Sepertinya penantianku setengah windu masih harus diuji seratus dua
puluh menit lagi.
“iya, aku tunggu… asal kau tau perutku
sudah kembung disapa angin, dan siap mengeluarkan gas beracun” balasku dengan ketus.
Inilah
hebatnya zaman modern, tak perlu takut kesepian jika ada gadget. Aku Nampak
seperti gadis abg yang sedang menunggu om-om mencari mangsa sambil mengutak atik
gadget. Oh Tuhan…..
Sesekali
kubuang pandangan ke sekeliling kafe, berharap mendapat kejutan berhadiah.
tiba-tiba Pesan singkat kembali masuk “kamu dimana? Aku sudah di parkiran”
lalu
ku balas “kenapa tak kau coba untuk
masuk? Bukankah kita berjanji bertemu di kafe, bukan di parkiran kapten?”
“hahaha.. cukup lama ku tinggal
sepertinya bakat melucumu makin bagus. Oke aku segera menyusul” tandasnya
Setibanya
nanti aku akan memarahinya dan akan ku minta pertanggung jawabannya, setiap
detiknya akan ku kalikan seratus ribu per waktu tunggu.
Aku
yang mulai geram tak sabar untuk menemuinya akhirnya memutuskan untuk menelepon.
Aku memang agak ragu untuk menghubunginya, namun nadanya sudah tersambung.
Diujung telepon dengan sigap dia menjawab “aku
sudah di depan kafe, jangan terburu-buru malam masih panjang”
Aku
yang terkejut mendengar suaranya serasa tak berdaya untuk memarahinya. Suaranya
masih seperti dulu, santun dan tegas. Aku hanya bisa menjawab “iya, aku duduk persis dekat panggung ya..”
nada suaraku menurun tunduk.
Aku
tak percaya mendengar suaranya saja aku gugup. ini gila! Mengapa seperti rasa
kencan pertama? Padahal kami sudah lama menjalin hubungan, kenapa seperti
hendak menemui orang asing? hanya dipisahkan jarak tapi berhasil mengaduk-aduk
perasaan dan ini bukan hal biasa.
Yap
! disana… sosok itu… dia telah datang, masih seperti dulu dan nampaknya dia
terlihat lebih kurus. Aku tersenyum dari kejauhan memandangnya dalam keadaan baik-baik
saja, itu sudah cukup. Dia Nampak sibuk
mencariku, mondar-mandir mengelilingi meja demi meja. Sedang aku memperhatikannya
dari jauh, berharap ia menemukanku ditengah keramaian pengunjung kafe. Ah,
kasihan jika melihatnya seperti orang kebingungan mencari orang hilang. Aku
berusaha melambaikan tangan kearahnya, nampaknya ia tak melihat ke arahku, dia
masih sibuk mencariku. Aku ingin dia lebih berusaha menemukanku. Tapi, dia
tampaknya semakin jauh mencariku. Tak pakai pikir panjang aku berjalan mendekatinya,
dia semakin menjauh tak cukup hanya berjalan cepat akhirnya aku berlari kecil
menghampirinya.
Ku
panggil namanya, kutepuk pundaknya dan kuraih tangannya. Ini bukan pertemuan
biasa, harus ku akui kami datang untuk sama-sama melunasi rindu. Saat itu hanya
ada pelukan erat yang tak mampu ku lepaskan. Aku betul-betul merindukannya dan
tak banyak kata yang keluar selain senyum mengembang dari masing-masing bibir
kami. Kami saling menyimak wajah yang telah lama tak bertemu. Tidakkah ini
hadiah yang Tuhan berikan untukku. Terima kasih Tuhan, akhirnya kami
dipertemukan kembali dibawah reruntuhan gerimis dengan tangan saling mengenggam
erat, Dan malaikat yang telah mendukung pertemuan kami. Aku, kamu dan jarak
yang menjadikannya indah. Karena kamulah yang menjadikan waktu yang tak pernah
bosan ku tunggu.
Terima kasih untuk semesta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar